Kapolres Sergai Tanam Pohon Mangrove di Pantai Merdeka
Sepindonesia.com | SERGAI – Kapolres Serdang Bedagai (Sergai) ,Dr AKBP Ali Machfud SIK,MIK,ikut menanam pohon Mangrove di Pantai Merdeka di…
Sepindonesia.com | KEPSUL – Manusia hidup dan tergantung pada kebudayaan sebagai hasil ciptaannya. Kebudayaan juga memberikan aturan bagi manusia dalam mengolah Manusia merupakan mahluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia dapat mengembangkan lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya. Budaya sendiri merupakan bentuk jamak dari kata “budi” dan “daya” yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata “budaya” sebenarnya berasal dari bahasa sanskerta, budhayah, yaitu bentuk kata dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari culture. Dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur. Sedangkan dalam bahasa latin, berasal dari kata colera. Colera sendiri berarti mengolah, dan mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (Setiadi, Hakam, & Effendi, 2006:27-38).
Budaya walima adalah sala satu aktivitas yang sudah tidak asing lagi untuk dipahami secara umum, karena budaya yang sudah dimiliki dan dikenal secara luas pada masyarakat Maluku Utara sejak turun temurun atau regenerasi. Budaya Walima sudah menjadi suatu nilai yang melekat di tengah-tengah masyarakat dan dilandasi sikap suka rela, tanpa keterpaksaan, serta niat menolong atau membatu pada sesama yang disebut (Gotong Royong).
Walima berasal dari bahasa Sula yang berarti Gotong Royong, kata walima ini sudah digunakan sejak lama oleh masyarakat Sula, praktek dari gotong royong ini sudah menjadi satu budaya yang sudah biasa di kalangan masyarakat Sula, hal ini biasa dapat kita saksikan melalui berbagai macam aktifitas pekerjaan masyarakat Sula, praktek dari gotong royong ini masi dapat kita jumpai di Kabupaten Kepulauan Sula, salah satunya yang berada di Desa Gay Fuata Kecamatan Sulabesi Selatan.
Akitifitasa kerja gotong royong di Desa Fuata terbagi atas dua bagian yaitu kerja gotong royong yang bersifat kepentingan umum dan keja gotong royong bersifat kepentingan pribadi.
Baca Juga :
Dinas Pendidikan Tanjabtim Kangkangi PTUN Jambi
Tempat Hiburan Rentan Dengan Penularan Covid-19, Prokes Harus Tetap Diterapkan
Kerja bersifat kepentingan umum adalah suatu pekerjaan gotong royong yang lebih merujuk ke pekerjaan yang umum atau kepemilikan bersama, kerja sedemikian biasanya dapat kita temukan dalam suatu pembangunan umum seperti masjid, sekolah, mushola, lapangan sepak bola dan bola voli gedung pertemuan desa, dan bakti sosial pembersihan lingkungan desa seperti pantai, jalan raya dan kuburan, dengan pekerjaan sedemikian dapat dihadiri banyak orang dengan menggunakan slogan walima (Gotong Royong).
Sejak awal masyarakat Desa Gay Fuata mengerjakan pekerjaan yang bersifat kepentingan umum tanpa ada bantuan dari pemerintah, masyarakat Desa Gay Fuata hanya mengandalkan tenaga dan Secara sukarela memberikan uang untuk pembangunan, namun kini sudah beralih fungsi dari kerja gotong royong masyarakat berubah menjadi pekerjaan pemerintah, semisal pembangunan sekolah, mesjid, mushola, jalan raya serta pembangunan lainnya.
Kerja pribadi adalah kerja gotong royong yang berawal darai inisiatif pribadi, pekerjaan ini dilakukan berdasarkan kebutuhan dan keinginan pribadi, namaun secara suka rela masyarakat Desa Gay Fuata terlibat aktif membantu dalam hal sumbangsih tenaga atau secara finansial, kerja seperti ini dapat kita temukan melalui pekerjaan pembagunan pagar rumah pribadi, yang dibantu secara suka rela oleh masyarakat, membuka lahan untuk perkebunan sampai pada menanam hasil tani, membantu membangun rumah pribadi, membantu untuk pembuatan perahu para nelayan, dan juga kerja-kerja yang bersifat kebutuhan pribadi lainnya dalam konsep lom Poa Do Hoi.
Selain dari selogan walima di Sula masi ada satu selogan yang mempunyai arti Sama dengan gotong royong yaitu Lom Poa Do Hoi. Lom Poa Do Hoi berasal dari bahasa Sula yang Artinya tidak berbeda dengan gotong royong, namun Lom Poa Do Hoi lebih digunakan ketika memberi uang sebagai ganti tenaga dalam hal gotong royong.
Lom Poa Do Hoi dalam bahasa Sula artinya Kumpul Darah dan Tulang, pemaknaan dari kumpul darah dan tulang adalah secara suka rela memberikan uang kepada orang yang sangat membutuhkan atau terdesak, kegiatan gotong royong yang bersifat partisipasi uang biasa di lakukan ketika satu keluarga tertentu sedang melakukan satu kegiatan yang bersifat membutukan banyak danah, semisal wisuda bagi mahasiswa akhir study, membantu orang-orang yang sedang berduka, menikah, khatan dan kegiatan yang bersifat ritual atau adat bagi anak laki-laki atau perempuan. dan juga hal-hal yang sangat membutuhkan danah. aktifitas seperti ini terus berlangsung apabila ada suatu kegiatan yang membutuhkan uang maka dibantu oleh masyarakat dengan selogan Lom Poa Do Hoi.
Budaya Walima Dan Lom Poa Do Hoi tidak hanaya berada pada satu pengertian yaitu dalam hal pekerjaan saja melainkan budaya walaima adalah simbol atau nilai persaudaraan yanag sudah terbangun sejak lama, dan melekat pada setiap aktivitas ada-istiadat masyarakat Sula.(Masri/Red)
Sepindonesia.com | SERGAI – Kapolres Serdang Bedagai (Sergai) ,Dr AKBP Ali Machfud SIK,MIK,ikut menanam pohon Mangrove di Pantai Merdeka di…
Sepindonesia.com | SERGAI – Anggota kepolisian kembali menunjukkan aksi heroik saat menjalankan misi kemanusiaan , membantu warga terdampak keributan di…
Sepindonesia.com | MEDAN – Lembaga Bantuan Hukum Pembela Pers Indonesia (LBH-PPI) Meminta Pemerintah harus berperan aktif dalam mengontrol perusahaan pers…
Sepindonesia.com | MEDAN – Pasca peninjauan pengerjaan drainase di Jalan Sei Belutu, Medan Selayang yang dilakukan Wali Kota Medan Medan…
Sepindonesia.com | MEDAN – Pasca dua hari setelah Wali Kota Medan Bobby Nasution melakukan sidak menindaklanjuti pengaduan warga yang menjadi…
Sepindonesia.com | MEDAN – Semangat Wali Kota Medan, Bobby Nasution dalam mengendalikan banjir di kota Medan kian membuahkan hasil. Salah…
Sepindonesia.com | SERGAI – Diduga kuat Polres Serdang Bedagai belum mematuhi serta tidak menganggap pentingnya perintah Kapolri , untuk mengutamakan…
Sepindonesia.com | TANJUNG PINANG – Polres Tanjungpinang, Polda Kepri menjadi satu dari lima Polres di Indonesia yang mengalami kenaikan tipe…