Screenshot_2024-10-23-20-45-02-91_3a637037d35f95c5dbcdcc75e697ce91

Faizal Assegaf : Hentikan Dikotomi Sipil-Militer

Oplus_16908288

Foto, Ketua Umum DPP Partai Negor, Faizal Assegaf 

Sepindonesia.com | JAKARTA – Kritikus politik dan sekaligus Ketua Umum DPP Partai Negor, Faizal Assegaf meminta masyarakat agar menghentikan dikotomi pemerintahan sipil dan militer, TNI dan Polri. Dikotomi seperti itu hanya akan berujung kepada banyak perselisihan dan pertentangan dalam bernegara.

Demikian disampaikan Faizal Assegaf kepada wartawan di sela-sela diskusi bertajuk “Hentikan Dikotomi Sipil-Militer, Telaah RUU TNI 2025” di Jakarta, Selasa, 18 Maret 2025.Faizal mengatakan, telah terbukti pemerintahan sipil selama 27 tahun reformasi gagal menyejahterakan rakyat. Bahkan selama 10 tahun terakhir pemerintahan sipil, tumbuh subur korupsi dan berbagai penyelewengan dalam bernegara.

“Hanya di era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saja kehidupan bernegara relative baik, pertumbuhan ekonomi bisa 6% per tahun. Tapi SBY pun sejatinya berasal dari militer,” kata Faizal.

“Apalagi era Presiden Megawati dan penerusnya, Presiden Jokowi (Joko Widodo), semua tatanan negara berantakan mereka buat,” imbuhnya.

Terkait RUU TNI yang sekarang sedang dibahas oleh pemerintah dan DPR RI, Faizal mengaku yakin tidak akan mengembalikan TNI ke era Orde Baru (Orba). “Jalannya menjadikan militer seperti era Orba tidak ada. Dulu pengelolaan negara dilakukan secara sentralistik, tetapi sejak reformasi ada desentralisasi ke pemerintah daerah. Itu perubahan struktur negara yang fundamental, desentralisasi,” katanya.

“Kalau ada upaya untuk membangkitkan militerisme, itu semua pasti sadar, bisa pecah Indonesia,” tambah Faizal.

Untuk menghilangkan trauma masa lalu, kita harus lebih utamakan membangun pendidikan, memperkuat intelektual dan moral. Sebab, semua merasakan trauma masa lalu.

“Memangnya selama 10 tahun terakhir pemerintahan sipil kemarin (Pemerintahan Jokoei) tidak menimbulkan trauma? Itu juga menimbulkan trauma. Banyak masyarakat yang trauma kepada Polri, termasuk kasus KM 50 yang hingga sekarang tidak jelas penyelesaiannya itu pelakunya adalah polisi, sipil,” ujarnya.

Jadi baik sipil maupun militer, lanjutnya, sama-sama memiliki potensi menimbulkan traumatik kepada masyarakat.

“Makanya untuk menghindari potensi negative itu, buat regulasi yang benar. Di regulasi itulah yang harus kita jaga bersama-sama agar siapa pun yang memimpin negeri ini, baik sipil maupun militer, benar-benara demi kesejahteraan rakyat, sesuai amanat konstitusi,” tegas Faizal.

Untuk itu, ia meminta agar koalisi masyarakat sipil setop menggunakan sipil untuk menghantam polisi, menghantam tentara, dan menghantam lawan politik.
Polemik revisi UU TNI terus bergulir di tengah publik. Hal itu menjadi celah politisasi untuk mendongkel pemerintahan Prabowo Subianto.Masyarakat harus mengevaluasi dikotomi penggunaan istilah supremasi sipil dan militer, sebab tidak ada dalam konstitusi Indonesia.Demikian dikatakan aktivis 1998 sekaligus kritikus politik, Faizal Assegaf dalam diskusi bertajuk “Dikotomi Sipil-Militer Telaah RUU TNI 2025” yang digagas Partai Negoro di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa 18 Maret 2025.

“Kalau nanti supremasi sipil ini terus menerus dijadikan dasar dengan memberi bayang-bayang seolah-olah elemen lain di bawah sipil maka itu akan berbahaya. Karena itu tidak ditemukan di konstitusi,” kata Faizal.

Faizal mengaku khawatir apabila supremasi sipil terus digaungkan untuk dibenturkan dengan militer, akan sangat berbahaya bagi keutuhan bangsa. Karena, berpotensi akan muncul supremasi partai politik, supremasi TNI, supremasi Jawa, supremasi Papua, serta  supremasi lainnya.

Faisal juga mengajak Koalisi Masyarakat Sipil yang mengkritisi revisi UU TNI untuk tidak menggunakan istilah supremasi sipil.

“Saya sebagai orang sipil merasa saya tidak terwakili. Dari mana ini mahluk-mahluk yang disebut koalisi sipil ini mengkritik TNI. Nanti kan ada lagi koalisi rakyat mendukung TNI melawan supremasi sipil, ini kacau,” tegas Faisal.

Faizal, aktivis reformasi yang berdiri terdepan dalam menurunkan Presiden Soeharto ini juga mengaku miris dengan maraknya korupsi selama 27 tahun ini, pasca reformasi 1998.

Faizal lalu menyoroti ribuan triliun utang luar negeri Indonesia, kasus BLBI, hingga kasus pagar laut yang diduga dilakukan oleh sipil.

Sementara ketika purnawirawan militer memimpin Indonesia yaitu era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama 10 tahun, justru pertumbuhan ekonomi tumbuh 6,2 persen serta demokrasi berjalan stabil.

Terkait ketakutan kembali lahirnya Dwifungsi ABRI dalam revisi UU TNI, menurut Faizal, sama sama sekali tidak berdasar. Ketakutan itu justru dibangun sebagai propaganda terhadap rakyat, dan sangat berbahaya bagi bangsa.

“Jadi saya ingin mengatakan kepada kawan-kawan koalisi masyarakat sipil setop menggunakan sipil untuk menghantam polisi, menghantam tentara menghantam lawan politik,” kata Faizal.

Senada dengan Faisal, Pakar Hukum Tata Negara, Margarito Kamis menambahkan, dua jabatan yang diemban dalam pemerintahan bukanlah hal baru di Indonesia.

“Ini biasa saja dan masih ada resonasi dengan fungsi dasar mereka. Misalnya pengentasan narkoba, anda jangan melihat pemberantasan narkoba dalam dimensi hukum dan politiknya. Jadi karena itu saya melihat yang terjadi dan yang dibahas dalam RUU TNI ini bagi saya ini hal yang sangat simpel,” kata Margarito.

Margarito yang pernah menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Sekretaris Negara itu tidak mempermasalahkan untuk Angkatan Darat mengelola Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), dan Angkatan Laut mengelola Badan Keamanan Laut (Bakamla).

“Jujur saja,  saya mengatakan dari sudut pandang saya tidak ada jalan kembali ke supermasi militer atau militerisasi, why? Karena tatanan institusi kita tidak memberikan jalan TNI ke arah itu. Jadi di UUD kita tidak berwenang untukkebijakan-kebijakan politik fundamental,” pungkas Margarito. (Supriyadi)

pt sep gambar

Komunitas BAPER Tangsel Apresiasi Program Koperasi Desa Merah Putih 

Foto, anggota Kominitas Batu akik dan permata (Baper) Tangsel  Sepindonesia.com | TANGERANG – Komunitas BAPER (Batu Akik dan Permata) Tangsel…

Read More...

Pemkab Karo Silaturahmi ke Yayasan Vihara Dharma Shanti Berastagi

Bupati Karo Brigjen Pol (Purn) Dr dr Antonius Ginting Sp.OG M.Kes dan Wakil Bupati Karo Komando Tarigan SP, bersilaturahmi degan…

Read More...

Pangdam Pimpin Sertijab Danrem 032/Wira Braja Dan Tradisi Korps

Foto, Pangdam I/Bukit Barisan, Mayjen TNI Rio Firdianto memimpin serah terima jabatan (sertijab) Danrem 032/Wira Braja serta tradisi korps di…

Read More...

Bupati Labuhanbatu Safari Ramadhan Perdana  di Masjid Baitul Ikhlas Dusun Tanjung Sari

Foto, Bupati Labuhanbatu Hj. Maya Hasmita Sp.OG. M.K.M bersama masyarakat saat melaksanakan safari ramadhan Sepindonesia.com | LABUHANBATU – Bupati Labuhanbatu,…

Read More...

Pelajar Dan Mahasiswa Tebing Tinggi Menggelar Diskusi Kebangsaan

Foto, Mahasiwa melaksanakan diskusi kebangsaan  Sepindonesia.com | TEBING TINGGI –Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Al-Washliyah (IPA) Kota Tebing Tinggi, Himpunan Mahasiswa…

Read More...

Transformasi Polri di Era 4.0: Responsivitas, Inovasi, dan Kepercayaan Publik

Foto, Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) Irjen. Pol. Dadang Hartanto dalam Seminar Nasional bertajuk “Mewujudkan Pelayanan Polri yang Responsif…

Read More...

Bupati Karo Hadiri, HUT Hotel Sibayak ke- 35, Santuni Anak Yatim dan Bukber

Foto, Bupati Karo Brigjen Pol (Purn) Dr dr Antonius Ginting Sp.OG M.Kes, menghadiri acara buka puasa bersama anak yatim dan…

Read More...

Ditresnarkoba Polda Kepri Musnahkan Barang Bukti Sabu, Ekstasi, dan Ganja Periode Februari dan Maret 2025

Foto, Kasubdit 1 Ditresnarkoba Polda Kepri Kompol Muhamad Komarudin, A.Md., S.H., dan didampingi PS. Kaur Penum Subbid Penmas Bidhumas Polda…

Read More...

Jasa Raharja Kantor u Utama DKI Jakarta Melaksanakan Pelatihan PPGD

Foto, pemberian plakat dari Jasa Raharja oleh Radito Risangadi kepada RS Hermina Kemayoran dan Satlantas Polres Metro Jakarta Pusat Sepindonesia.com…

Read More...